Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang masih digunakan hingga kini. Terbuat dari batang bambu atau kayu yang dipahat dengan lubang di tengah, kentongan berfungsi sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, alat untuk kode morse, penanda waktu azan, dan tanda bahaya.
Menurut buku Seni Budaya Kelas VIII yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, asal mula kentongan berhubungan dengan legenda Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah Muslim dari China yang mengembara dengan misi keagamaan. Dalam perjalanannya, Laksamana Cheng Ho menemukan kentongan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan dan membawa alat ini ke China, Korea, dan Jepang.
Sejarah kentongan di berbagai daerah di Indonesia memiliki kisah yang berbeda-beda. Di Bali dan Nusa Tenggara, kentongan ditemukan pada masa pemerintahan Raja Anak Agung Gede Ngurah dari Kerajaan Karangasem di Bali, yang kekuasaannya juga mencakup Lombok, Nusa Tenggara Barat. Raja menggunakan kentongan untuk mengumpulkan massa.
Di Yogyakarta, pada masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan untuk mengumpulkan warga. Di Pengasih, kentongan berfungsi sebagai alat untuk menguji kejujuran calon pemimpin daerah.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan kentongan semakin bervariasi. Kini, kentongan tidak hanya sebagai alat komunikasi tradisional tetapi juga sebagai salah satu jenis alat musik tradisional yang berkembang pesat dan sering digunakan di tempat-tempat umum untuk mengumumkan kejadian baru kepada masyarakat.
Dilansir dari buku Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Hery Nuryanto, kentongan adalah alat komunikasi yang menyampaikan informasi suara menggunakan sandi atau kode tertentu yang telah disepakati. Alat ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat pemukul dari kayu atau bambu, menghasilkan suara yang nyaring dan terdengar sampai jarak yang cukup jauh. Kentongan biasanya digantung di tempat-tempat umum seperti pos kamling, balai desa, atau pos keamanan.
Baca juga : UAA Tempati Peringkat Lima UniRank Wilayah DIY
Bentuk kentongan adalah tabung dengan sebuah lubang di tengahnya. Ketika dipukul, suara keluar dari lubang tersebut. Tongkat pemukulnya terbuat dari kayu dan menghasilkan bunyi yang keras dan nyaring. Setiap irama pukulan kentongan memiliki makna yang berbeda sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Dilansir dari buku Dunia Komunikasi dan Gadget: Evolusi Alat Komunikasi, Menjelajah Jarak dengan Gadget oleh Syerif Nurhakim, irama pukulan kentongan dimaknai berbeda oleh masyarakat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Masyarakat menggunakan kentongan untuk mengumumkan kabar atau peristiwa yang terjadi. Kode atau tanda yang digunakan berbeda-beda antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi kentongan masing-masing. Di Yogyakarta, tradisi kentongan memiliki nilai budaya yang kuat, meskipun tradisi ini tidak terlalu relevan jika diterapkan di perkotaan modern. Perkembangan teknologi telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, namun kentongan tetap memiliki tempat sebagai simbol budaya.
Universitas di Jogja, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Islam Indonesia (UII), juga turut melestarikan budaya ini melalui berbagai kegiatan budaya dan penelitian. Upaya pelestarian ini penting untuk menjaga warisan budaya Indonesia agar tidak terlupakan oleh generasi mendatang.
Kentongan bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas budaya yang kaya akan sejarah. Keberadaannya di Yogyakarta dan daerah lain di Indonesia menunjukkan bagaimana alat sederhana ini memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Meskipun teknologi modern telah mengubah banyak hal, nilai-nilai tradisional yang diwakili oleh kentongan tetap relevan dan dihargai hingga saat ini.
Kentongan adalah warisan budaya yang perlu dilestarikan. Universitas di Jogja berperan aktif dalam upaya pelestarian ini, memastikan bahwa kentongan tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai simbol budaya yang kaya sejarah.
Author : Subkhi Mashadi
Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7438134/sejarah-kentongan-alat-komunikasi-masa-lalu-yang-masih-dipakai
Sumber Img : https://pin.it/24qlYgBfe