Sejak lama, karya sastra adalah cara yang populer untuk mengekspresikan diri. Penulis dan penyair Indonesia memiliki banyak karya sastra yang diakui secara global. Oleh karena itu, jenis karya sastra populer selalu berubah dan berkembang sesuai dengan keinginan masyarakat. Keberlanjutan dan pengembangan karya sastra Indonesia didukung oleh Universitas Gadjah Mada sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk mendukung dan menumbuhkan kembali minat sastra masyarakat, Direktorat Penelitian UGM dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM mengadakan Workshop Penulisan Novel secara online pada Rabu (3/4). Ramayda Akmal, S.S., M.A.M., Ph.D., adalah narasumber utama.
Menurut Akmal, proses diperlukan untuk menghasilkan karya sastra yang berkualitas. Agar pesan dapat tersampaikan dengan baik ke pembaca, penulis harus memahami masalah apa yang akan diangkat, alurnya, dan gaya tulisannya. Jadi, nilai dari sebuah karya bukan seberapa banyak novel, puisi, atau karya lain yang dapat diterbitkan, tetapi prosesnya. Tidak peduli berapa lama itu. Selain itu, sebelum menulis, kita harus mempertimbangkan apa minat dan bakat kita. Seseorang mungkin menyukai puisi, tetapi dia lebih suka cerpen. Menurutnya, itu sangat mungkin.Dalam kapasitasnya sebagai penulis, ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang kesulitan yang terkait dengan menyampaikan pikiran seseorang secara langsung ke dalam karya sastra. Ia menceritakan bagaimana dia pertama kali menulis novel, Jatisaba, yang menceritakan tentang nasib Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tidak memiliki perlindungan sosial yang memadai. Akmal menceritakan kisah-kisah sosial tentang kesulitan dan kehidupan tragis para pekerja imigran. Karya ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2009. Pada Februari 2024, kembali diterbitkan. Akmal mengatakan bahwa konsep dan cerita novel yang baik membutuhkan banyak diskusi dan penelitian.
Akmal menyarankan novel sebagai metode pembelajaran pertama dan karya awal bagi penulis pemula. Dalam novel, penulis memiliki kebebasan untuk memilih berbagai ide cerita. Sejarah, peristiwa penting, diari, tragedi, mitos, dan elemen lainnya dapat menjadi sumber inspirasi. Ide cerita dapat datang dari mana saja. Mungkin dari orang-orang di sekitar Anda. Itu menarik karena sifat kejawen dan perdukunan paman saya. Kita mengambil beberapa karakternya dan membuat kerangka cerita. Terangnya, "Bisa juga dengan mengambil satu hal kecil sederhana, tapi ternyata itu membawa sejarah besar dalam prosesnya."
Penulis juga harus memahami ruang strategis dalam menulis, yaitu keseimbangan atau kesesuaian antara keinginan pembaca dan idealisme penulis. Pembaca mungkin sangat tertarik dan mengikuti alur penulis, tetapi penulis juga harus memahami tujuan pembaca.
Selain itu, akmal memberikan beberapa saran dan strategi untuk menciptakan cerita yang memenuhi kebutuhan pembaca. Dia berpendapat bahwa menggunakan diksi yang tidak populer dapat memberikan suasana novel yang unik. Ia mengakui bahwa membuka kamus adalah salah satu kebiasaannya saat menulis. Selain itu, memilih padanan kata yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat memotivasi pembaca untuk mengeksplorasi diri mereka sendiri. Selain itu, usahakan untuk tidak menulis deskripsi; sebaliknya, usahakan untuk menggambarkan suasana cerita melalui emosi dan bahasa. "Menulis seperti puzzle, setiap bagian berhubungan satu sama lain, tapi setiap bagian adalah cerita sendiri. Itulah yang saya maksud dengan mengatakan bahwa novel itu memungkinkan kita memasukkan berbagai cerita dan menghubungkannya satu sama lain. Akmal mengatakan, "Novel itu semesta yang besar, antara rumah, pohon, dan pagar berhubungan, tapi pagar sendiri dilihat juga cantik."
Dia menegaskan bahwa karya sastra bukan hanya ekspresi penulis, tetapi juga refleksi dan tanggung jawab penulis atas karya mereka sendiri.
Sumber:
https://ugm.ac.id/id/berita/ramayda-akmal-beri-tips-menulis-novel/
https://ugm.ac.id/id/berita/ramayda-akmal-beri-tips-menulis-novel/